“Bukankah mempermainkan wanita itu mematikan, Señor?” aku, dengan lengan terjulur mengarahkan pistol semi otomatis pada tengkuknya.
Smith & Wesson 59 ternyata berat, aku tidak menyangka akan sesulit ini mempertahankan kestabilannya dengan satu tangan. Namun otot-otot lenganku mengencang, seolah-olah mereka bekerja di bawah mantra kecemburuan yang menyulut akhiran saraf-saraf motorisku.
“Jangan lakukan ini, manzanita.. Aku mohon..,” laki-laki itu benar-benar tak berdaya, payah!
“Estoy cansado, mi corazon.. (aku lelah, sayang..)” dia bungkam. “Abajo!! (Turun!)” aku menghentakkan suaraku, berusaha untuk menjaga agar tidak bergetar dan terdengar ketakutan.
Dia lalu tersungkur berlutut.
Sayangku akan segera berakhir dalam sebuah letupan singkat yang—bagiku—akan terlihat seperti gerakan lambat di bawah iringan irama mariachi. Aku menarik pelatuk…, “Adios..,” lambat laun castañet itu pun mulai berbunyi..
De las sierras morenas, Cielito Lindo, vienen bajando
Un par de ojitos negros, Cielito Lindo, de contrabando
Ay, ay, ay, ay canta y no llores
Porque cantando se alegran, Cielito Lindo, los corazones
Yang tampak di mataku hanyalah atraksi terjun bebas sebuah selongsong Parabellum 9mm, berakrobat ringan menuju daratan. Pelurunya pastilah sudah melesak ke dasar tengkorak laki-laki itu, mencabik-cabik pembuluh darah batang otak. Mati batang otak, mati…
Gambar diambil dari sini |
Jujur aku kangen, kangen masa-masa puncak kreativitas. Dulu tuh bisa nulis, gambar sketch, bahkan main gitar (dikit). Sekarang?? Beuuuhh, palingan skill masak sama skill mengasuh anak (cium Kinan) yang nambah. Ternyata kita semua tu perlu outlet ya untuk mengekspresikan diri. Jadi yaa, bikin blog ini salah satu outlet juga lah...
Anyway, enjoy..
Regards,
Wida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar